Saturday, February 20, 2016

PENCIPTA LAGU HALO HALO BANDUNG

Tanggal 24 Maret 1946 mungkin sudah hilang atau tidak pernah menjadi ingatan kolektif kita bangsa Indonesia, namun menjadi memori yang selalu dikenang masyarakat kota Bandung khususnya mereka yang menjadi saksi hidup saat itu.

Hasil gambar untuk tegalega

Saat itulah Bandung menjadi Lautan Api, sebuah peristiwa heroik dalam perspektif yang berbeda. Tidak seperti perjuangan arek-arek Suroboyo yang mengorbankan ribuan nyawa, masyarakat kota Bandung rela meninggalkan rumah dan harta bendanya karena mengikuti jejak para pejuang yang diharuskan mundur ke arah selatan kota Bandung. Mereka rela meninggalkan bahkan turut membakar kota yang didiami sejak lahir karena tidak rela diduduki oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) -Pemerintahan Sipil Hindia Belanda- yang “diboncengi” Inggris paska kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.

Kota Bandung yang telah lama ditinggalkan dan sebelumnya menjadi Lautan Api menginspirasi para pejuang untuk menciptakan sebuah lagu yang membangkitkan semangat. Dikisahkan bahwa penciptaan lagu Halo-halo Bandung berproses dalam candaan para pejuang yang memiliki aneka ragam budaya. Kata “Halo” merupakan sapaan khas pemuda Medan karena terinspirasi dari film cowboy yang marak saat itu. Para pemuda Medan sering menggunakannya untuk menyapa kota Bandung tercinta yang nampak di kejauhan. Sapaan ini terus diucapkan berulang kali sehingga terciptalah kalimat “Halo-halo Bandung” yang akhirnya memiliki irama seperti saat ini.

Kalimat ini tidak langsung terangkai menjadi sebuah lagu karena pada malam hari para pejuang sibuk bergerilya ke dalam kota. Siang hari baru mereka memiliki waktu santai sambil menunggu malam tiba. Saat itulah irama Halo-halo Bandung yang sudah tercipta dibahas lagi. Para pejuang mencari inspirasi lirik berikutnya dan kebetulan ketika itu Bandung menjadi Ibu Kota Keresidenan Priangan sehingga tercipta lirik “Ibu Kota Periangan”. Lirik berikutnya merupakan ungkapan sebuah kenangan karena kota Bandungyang sudah lama ditinggalkan menjadi kenangan bagi para pejuang, maka terbentuk syair “kota kenang-kenangan”.

Para pejuang yang menyaksikan kota Bandung di kejauhan merasakan kerinduannya akan kota tercinta. Maka pejuang dari Medan melepas rindu dengan menyapa Bandung dari kejauhan, 'Halo Bandung'. Kata 'Halo' menjadi sapaan khas pemuda Medan akibat pengaruh film-film cowboy Amerika yang banyak diputar saat itu.

Kata 'Halo Bandung' kemudian sering didendangkan para pejuang, 'Halo-Halo Bandung'. Pejuang lain yang dari Ambon juga merasakan kerinduan menambahkan kalimat, 'sudah lama beta tidak bertemu dengan kau'. Dari situ lah kata 'beta' pada syair lagu pertama kali muncul.

Selanjutnya, kata Bang Maung, syair lagu terus bertambah dan berirama. Kata beta tetap dipakai, kemudian ada perubahan pada kata 'bertemu' menjadi 'berjumpa'.

"Tidak ada itu ada yang menciptakan. Tidak ada. Kita sama-sama saja main-main begini (bernyanyi). Jadi kalau dikatakan siapa pencipta (Halo-Halo) Bandung, Para pejuang Bandung Selatan," kata Bang Maung.