Perdagangan
telah menjadi topik kebijakan publik yang paling hangat diperdebatkan
berabad-abad lamanya. Salah satu debat yang paling hangat adalah debat
antara pendukung perdagangan bebas dan pendukung proteksionisme. Debat
mengenai subjek ini selalu melahirkan pandangan yang saling bertentangan
dan menarik perhatian ekonom, politisi, aktivis juga serikat buruh.
Perdagangan bebas semakin meningkat
dalam beberapa dekade terakhir ini utamanya karena ada upaya-upaya
serius untuk mengkoordinasikannya secara internasional melalui
perjanjian seperti Perjanjian Bea-Masuk dan Perdagangan (GATT) dan
lembaga seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) (Stiglitz and
Charlton, 2005).
Tetapi perdagangan bebas masih perlu
ditingkatkan terutama bagi negara-negara berkembang karena mereka tidak
mempunyai kekuasaan politik dan ekonomi sebesar negara-negara maju untuk
mencapai tujuan kebijakan perdagangan. Kepentingan beberapa kelompok di
negara-negara maju, terutama sektor pertanian, menghambat kemajuan
perdagangan bebas seperti yang terlihat dalam gagalnya WTO memajukan
proses negosiasi dalam Perundingan Doha (Stiglitz and Charlton, 2005).
Kita tidak bisa mengabaikan pelajaran
penting dari sejarah mengenai manfaat perdagangan bebas. Para ekonom
klasik, yang menulis pada abad ke-18 dan 19, memberi kita sejumlah teori
penting mengenai manfaat perdagangan bebas, dan teori-teori ini hingga
kini terbukti benar. Tulisan ini akan memaparkan teori-teori yang
dikemukakan oleh para ekonom klasik seperti Adam Smith, David Ricardo
dan John Stuart Mill.
Douglas Irwin, seorang ekonom terkemuka
yang banyak menulis mengenai kebijakan perdagangan, menyatakan bahwa
manfaat perdagangan bebas–seperti yang telah dikemukakan oleh John
Stuart Mill–dapat dikelompokkan menjadi tiga: manfaat langsung, manfaat
tidak langsung, serta manfaat moral dan intelektual (Irwin, 2009).
Argumen yang mendukung perdagangan, yang dikembangkan pertama-tama oleh
Adam Smith dan kemudian diperluas oleh David Ricardo, menjelaskan
manfaat langsung dari perdagangan.
Adam Smith yang disebut-sebut sebagai
bapak ekonomi modern menyatakan bahwa perdagangan luar negeri memainkan
peranan penting dalam ekonomi sebuah negara karena perdagangan ini
menciptakan pasar, yang permintaannya terhadap barang jauh lebih besar
daripada permintaan dalam negeri. Adam Smith menekankan prinsip
keunggulan mutlak (absolute advantage) dalam teori perdagangan bebasnya.
Ia menjelaskan bahwa perdagangan memungkinkan penggunaan sumber daya
secara efisien karena setiap negara akan memproduksi barang yang menjadi
spesialisasinya dan memberinya keunggulan mutlak. Pendapatan
nasionalnya akan meningkat. Kenaikan pendapatan semacam ini tidak akan
didapat jika perdagangan antar negara dibatasi (Spiegel, 1991).
Bagi Adam Smith, pemerintah tidak perlu
mengatur impor karena aturan seperti itu akan menghalangi pasar dalam
negeri dari kompetisi. Kebijakan seperti itu pada dasarnya berusaha
“mengarahkan orang untuk menggunakan modalnya dengan cara tertentu, dan
karenanya aturan seperti tidak berguna dan merusak” (Smith, 1776: 366).
David Ricardo, yang lahir di London pada
akhir abad ke-18 dan telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam
pemikiran ekonomi yang mempengaruhi para ekonom hingga hari ini,
memusatkan teorinya pada perdagangan (Spiegel, 1991). Penjelasannya
mengenai perdagangan tidak lagi berkisar mengenai keunggulan mutlak,
tetapi keunggulan komparatif (comparative advantage). Keunggulan
komparatif menjadi teori yang luar biasa dan sangat berguna untuk
menjelaskan manfaat perdagangan bebas.
David Ricardo menjelaskan teori
keunggulan komparatif dengan menggunakan model sederhana dimana ia
membayangkan dunia hanya berisi dua negara yaitu Inggris dan Portugal.
Kedua negara ini memproduksi dan mengkonsumsi dua barang yaitu anggur
dan pakaian. Katakanlah Inggris dapat memproduksi satu unit pakaian
dalam satu tahun dengan tenaga 100 orang buruh dan satu unit anggur
dengan tenaga 120 buruh. Sementara Portugal hanya memerlukan 90 orang
buruh untuk memproduksi satu unit pakaian dan 80 orang buruh untuk
memproduksi satu unit anggur (Ricardo, 2004).
Meski Portugal jelas memiliki keunggulan
mutlak dalam dua barang tersebut, Ricardo menunjukkan pada kita bahwa
kedua negara masih akan mendapatkan manfaat bila mereka memiliki
hubungan perdagangan. Bagaimana bisa? Jawabannya adalah spesialisasi.
Portugal lebih beruntung jika memproduksi anggur sementara Inggris tak
terlalu merugi jika memproduksi pakaian.
Dengan memproduksi barang yang memberi
mereka keunggulan komparatif, dua negara itu dapat meraih manfaat dari
menjalin hubungan dagang. Dengan menekankan keuntungan spesialisasi dan
pertukaran, David Ricardo menunjukkan bahwa perdagangan internasional
meningkatkan efisiensi, meningkatkan perolehan laba dan standar hidup,
serta meningkatkan jumlah komoditi yang tersedia (Spiegel, 1991).
Teori keunggulan komparatif masih
menjadi peninggalan David Ricardo yang paling berharga sebagai ekonom.
Sungguh peninggalan yang sangat berharga karena dapat menjelaskan
bagaimana negara berkembang sekali pun dapat memiliki kesempatan untuk
meraih manfaat dari perdagangan di pasar internasional.
Manfaat langsung lain dari perdagangan
bebas adalah tersedianya barang yang lebih beragam. Kesejahteraan sebuah
masyarakat akan meningkat bila mereka memiliki beragam jenis barang
untuk dipilih. Selain itu, keragaman jenis barang juga menguntungkan
produsen karena ia membuka kesempatan bagi tumbuhnya produksi
barang-barang yang dibutuhkan untuk memproduksi jenis barang yang lebih
beragam dan lebih murah ongkos produksinya (Irwin, 2009).
Kawan karib David Ricardo, John Stuart
Mill yang juga dikenal sebagai tokoh penting dalam filsafat, politik dan
ekonomi memberikan kontribusi dengan memaparkan manfaat tak langsung
dari perdagangan bebas (Spiegel, 1991). Mill menyatakan bahwa
perdagangan bebas memperbesar dan memperluas cakupan pasar, dan karena
itu produktivitas pun meningkat (Irwin, 2009). Dengan meningkatnya
produktivitas, meningkat pula standar hidup warga sebuah negara. Inilah
manfaat tak langsung dari perdagangan.
Irwin menekankan dua cara penting
bagaimana perdagangan internasional menumbuhkan produktivitas: dengan
memudahkan proses pengalihan teknologi yang meningkatkan produktivitas,
dan dengan meningkatkan tingkat kompetisi.
Kemajuan teknologi dapat dialihkan
dengan mengimpor barang modal yang merupakan hasil dari upaya riset dan
pengembangan (Irwin, 2009). Penting untuk dicatat di sini bahwa ada
beberapa pengetahuan yang merupakan barang publik (public good).* Dengan
membuka diri terhadap perdagangan internasional sebuah negara
mendapatkan kesempatan yang lebih banyak untuk meningkatkan
produktivitas melalui alih pengetahuan.
Kompetisi dalam perdagangan
internasional dapat meningkatkan produktivitas karena dapat mengurangi
kekuatan pasar sejumlah perusahaan dalam ekonomi. Dengan adanya
kompetisi dari negara yang menjadi mitra dagang dan kompetisi dalam
pasar dalam negeri, perusahaan didorong untuk menjadi semakin efisien
dalam proses produksi mereka.
Selain itu, perusahaan yang berrencana
memasuki pasar harus siap menghadapi resiko kompetisi internasional.
Karenanya, hanya perusahaan yang sangat produktif yang biasanya berani
memasuki pasar ini.
Tak seperti manfaat langsung,
produktivitas yang merupakan manfaat tak langsung perdagangan tak mudah
diukur. Meski demikian, manfaat tak langsung ini sangat penting karena
mereka menunjukkan bahwa perdagangan bebas memberikan sumbangan yang tak
terkira bagi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan standar hidup.
Manfaat ketiga dari perdagangan adalah
manfaat intelektual dan moral. Paparan John Stuart Mill mengenai hal ini
tak begitu jelas. Tetapi Irwin menyebutkan sejumlah manfaat tersebut,
diantaranya potensi perdagangan bebas untuk membawa perdamaian dengan
menciptakan kesalingtergantungan antar negara, dan juga
kesalingpemahaman dan kerjasama. Bagi negara berkembang, perdagangan
internasional nampaknya bisa mendorong tumbuhnya rezim dan lembaga
negara yang demokratis. Meski manfaat-manfaat ini sulit untuk diukur
secara kuantitatif, semakin banyak kajian kreatif yang menunjukkan
manfaat non-materil dari perdagangan bebas (Irwin, 2009).
Para ekonom terkemuka di zaman kita,
orang-orang yang memiliki visi seperti Adam Smith, David Ricardo dan
John Stuart Mill telah mengemukakan argumen luar biasa yang mendukung
perdagangan bebas. Argumen mereka masih berpengaruh hingga hari ini.
Saya tak mengatakan bahwa perdagangan bebas adalah satu-satunya cara
untuk menumbuhkan ekonomi, tetapi ia adalah bagian krusial dalam ekonomi
kita dan merupakan alat yang penting dalam membantu negara-negara
miskin untuk berkembang. Joseph Stiglitz, Pemenang Nobel Ekonomi, dan
Andrew Charlton, yang bersama dengan Stiglitz menulis buku Fair Trade
For All: How Trade Can Promote Development (2005), menyatakan bahwa
perdagangan internasional memang tidak memadai, tapi penting, bagi
pertumbuhan ekonomi negara berkembang.
Perbalahan antara pendukung perdagangan
bebas dan pendukung proteksionisme semestinya sudah selesai sejak lama
karena fakta yang mendukung manfaat perdagangan bebas sudah sedemikian
jelasnya. Manfaat yang dapat diraih dari perdagangan bebas adalah luar
biasa. Lagipula zaman kita ini zaman globalisasi, kerjasama dan
kesalingtergantungan. Negara-negara terkemuka semestinya tak membiarkan
diri mereka didikte oleh kebijakan peraturan perdagangan yang tak
berwawasan jangka panjang. Penentang perdagangan bebas harus mulai
mendengar pendapat yang rasional supaya kita bisa mendebatkan kebijakan
publik dan isu pembangunan lain yang lebih penting.
Catatan
* Barang publik adalah barang yang penggunaannya tidak menimbulkan
permusuhan karena penggunaan barang tersebut oleh satu orang tidak
membatasi penggunannya oleh orang lain. Barang publik juga barang yang
tidak membuat orang tersisihkan karena setiap orang pasti menggunakan
barang itu dan mereka tak mungkin bisa dicegah sepenuhnya dari
menggunakannya. Lihat Veldhuis and Mackenzie, 2010.
Perdagangan
bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized
Commodity Descriptionand Coding System (HS) dengan
ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels,
Belgium. Penjualan produk
antar negara tanpa pajak ekspor-impor
atau hambatan perdagangan lainnya.Perdagangan bebas dapat juga
didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatanyang
diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual
dan perusahaan- perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Perdagangan Bebas
di Indonesia
Wacana perdagangan
bebas sebagai jalan menuju kesejahteraan masih terus
diperdebatkankhususnya di Indonesia. Di media massa masih sering
termuat berbagai retorika politisi maupun pemain industri dalam
negeri yang meneriakkan pentingnya proteksionisme. Kemudianmeskipun
telah banyak literatur ilmu ekonomi yang menunjukkan secara
meyakinkan bahwa perdagangan bebas membawa lebih banyak manfaat
bagi banyak orang dari pada sebaliknya,namun tampaknya hal itu saja
belum cukup untuk membimbing pembuatan kebijakan publik yang
lebih cenderung tunduk pada kekuatan lobi pro proteksi. Meski
demikian, sebagian dari pengambil kebijakan Indonesia
(pemerintah) percaya pada manfaat perdagangan bebas juga,terbukti
dari tarik-ulur yang kadangkala muncul di media massa kita.
Perhitungan ekonomi politik pastilah penyebab tarik-menarik ini.
Harus diakui pembuatan kebijakan memang perlu perencanaan dan
perhitungan yang matang.Seiring dengan munculnya perdagangan bebas
itu, nasionalisme dan proteksionisme menjadilebih terlihat. Apalagi
Indonesia juga akan memasuki era perdagangan bebas wilayah ASEANatau
ASEAN Free Trade
Area
(AFTA) pada tahun
2015.[5]Jadi,
isu nasionalisme dalam konteks
perdagangan pun
semakin penting. Hal ini bertujuan agar produk Indonesia bisa menjadi
tuanrumah di negeri sendiri. Memang kesepakatan Indonesia dalam
perjanjian organisasi perdagangan bebas yang biasa disebut
World Trade Organization
(WTO) masih
menuaikontroversi. Karena sebagian kalangan menilai Indonesia belum
layak turut serta dalam perdagangan bebas. Namun, karena
Indonesia terlanjur menyetujui perjanjian WTO, maka mautidak mau
Indonesia harus menyiapkan diri menyongsong perdagangan bebas. Inilah
harga yangharus dibayar akibat menganut sistem ekonomi terbuka.
Meskipun dalam prakteknya justru produk-produk asing terutama
produk Cina yang membanjiri pasar Indonesia.Era globalisasi yang
telah dimulai bukan saja berpengaruh pada hubungan luar negeri bangsa
ini,namun lebih dari itu, asumsi dasar perekonomian nasional juga
sebenarnya telah semakin bergeser. Indonesia yang memiliki basis
perekonomian kerakyatan, tentunya mengalamitantangan terhadap paham
ekonomi liberal yang berasaskan kompetisi bebas dan bersifat
individu maupun kelompok.
Era perdagangan bebas yang menjadi salah satu senjata dariekonomi
liberal, saat ini telah ada di depan mata, dan Indonesia menjadi
salah satu negara yangmeratifikasinya. Harapan kita sekarang
hanyalah adanya kesiapan dan kemampuan secaramental, sistem sosial
budaya, politik, serta ekonomi bangsa kita dalam menghadapi
ancamanglobalisme-kapitalistik ini. Sehingga tidak memudahkan
pengintegrasian perekonomian Negara Indonesia ke dalam genggaman para
pemodal negara-negara kaya
Dampak Perdagangan Bebas
terhadap Ekonomi Politik Indonesia
Dengan adanya
perdagangan bebas, perusahaan-perusahaan transnasional dan pasar
modal duniamembebaskan bisnis dari kekuasaan politik tanpa distorsi
oleh intervensi negara. Dikonklusikan bahwa aktivitas bisnis
yang primer dan kekuasaan politik tidak mempunyai peran lain
kecuali perlindungan sistem terhadap perdagangan bebas dunia.
Akibatnya, peran negara sebagai alatuntuk mensejahterakan rakyat
semakin tereduksi oleh kekuatan pasar yang tidak mempunyaiagenda
sosial dan usaha pengentasan kemiskinan. Kondisi ini berimplikasi
terhadap relasi sosialyang selalu diukur dari pendekatan dan solusi
pasar, serta prinsip ekonomi pasar yang jugadijadikan tolok ukur
untuk mengevaluasi berbagai kebijakan, yang selanjutnya akan
melahirkan
arogansi kekuatan kapital
dan negara berperan sebagai „tukang stempel‟ bagi mereka. Yang
mana dalam hal ini
akumulasi modal menjadi prasyarat isi material kelembagaan
negara.Selain itu dengan adanya perjanjian-perjanjian dengan
organisasi perdagangan versi WTO dapatmenyebabkan adanya hambatan
nontarif yang sangat merugikan, dimana hal ini sengajadiciptakan
seperti yang terjadi saat ini. Kebijakan nontarif impor ini memaksa
penghapusan satu-satunya bentuk proteksi yang tersisa oleh
negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesiaterhadap penetrasi pasar
dalam negeri oleh kekuatan-kekuatan imperialis. Tetapi
negara-negaraimperialis dapat membatasi penetrasi terhadap pasar
dalam negeri mereka terhadap ekspor darinegara-negara dunia ketiga
melalui penerapan serangkaian hambatan-hambatan nontarif
yangkokoh.Sedangkan pada negara dunia ketiga atau Indonesia, dengan
adanya hambatan nontarif sudahtentu akan menyebabkan banjirnya barang
impor karena mudahnya barang luar negeri masuk ke pasar dalam
negeri serta adanya peralihan impor dari yang tadinya ilegal menjadi
legal. Makadengan ini agenda pemberdayaan ekonomi rakyat akan semakin
terpuruk akibat desakan kuatdari komoditas-komoditas asing yang
notabene telah mengekspansi secara simultan, dan benturan antara
pemberdayaan ekonomi rakyat dengan pasar bebas pun tidak dapat
terelakkan.Yang semua ini menyebabkan semakin banyaknya angka
pengangguran dan akhirnyamelumpuhkan perekonomian nasional.
Sebenarnya dibalik semua ini ada kepentingan darinegara-negara maju,
yaitu agenda penaklukan kembali pasar dalam negeri negara-negara
duniaketiga. Yang mana inilah tujuan mendasar dibalik tekanan
kekuatan negara-negara imperialis terhadap pasar bebas.
Di lain sisi dampak
positif yang dapat diambil dari liberalisasi perdagangan versi WTO
ini tidak mempunyai peran signifikan dalam usaha peningkatan
sumber daya yang ada maupun produk yang akan dihasilkan. Selain
itu dengan adanya perdagangan bebas hanya akan lebih dinikmatioleh
segelintir orang atau kelompok tertentu saja yang mempunyai kekuatan
kapital kuat dansebagian besar lainnya lebih dirugikan. Karena mereka
dijadikan tidak produktif dan hanyadijadikan sebagai konsumen yang
baik saja.
Upaya Antisipasi
Indonesia dalam Menghadapi Perdagangan Bebas
Melihat dampak yang
lebih banyak merugikan tersebut, kiranya perlu dilakukan antisipasi
yangcepat dan menyeluruh. Dalam mengantisi dampak-dampak perdagangan
bebas yang cenderungkurang menguntungkan bagi Indonesia tersebut, ada
beberapa upaya yang telah ditempuhmaupun belum ditempuh oleh
pemerintah. Beberapa bentuk upaya antisipasi yang belummaupun sudah
ditempuh Indonesia antara lain:
1. Memberikan pendidikan
kepada masyarakat untuk lebih mencintai produk dalam negeridengan
terus meningkatkan mutu produk-produk dalam negeri agar lebih
berkualitas.Misalnya dengan menggiatkan program Aku Cinta Produk
Indonesia (ACI ).
2. Melakukan negosiasi
ulang kesepakatan perdagangan bebas itu atau minimal
menundanya,terutama untuk sektor-sektor yang belum siap.
3. Melakukan seleksi
produk untuk melindungi industri nasional.
4. Mencabut pungutan
retribusi yang memberatkan dunia usaha di daerah, agar industri
lokalmenjadi lebih kompetitif.
5. Pengetatan pemeriksaan
barang masuk di pelabuhan harus dilakukan juga, karena negara
lain juga melakukan hal yang sama.
6. Memberikan kemudahan
dalam bentuk pendanaan, dengan cara kredit usaha dengan bungayang
rendah.
7. Mengaktifkan
rambu-rambu nontarif, seperti pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia(SNI), ketentuan label, dan sejumlah peraturan lainnya
terkait dengan pengamanan pasar dalam negeri.
8. Memperbaiki berbagai
kebijakan ekonomi untuk menghadapi perdagangan bebas.Tetapi secara
jangka panjang langkah-langkah tersebut tidak bisa digunakan secara
permanen.Sebagai bagian dari masyarakat dunia, bangsa ini tidak bisa
mengelak dari kebijaksanaan globaltersebut. Masyarakat industri harus
berjuang dengan keras untuk memenangkan persainganglobal yang semakin
mengancam tersebut, maka di sini dibutuhkan suatu kejelian. Oleh
karenaitu, negara dunia ketiga harus saling membahu dalam menciptakan
tata dunia yang adil denganmenggalang seluruh kekuatan yang tersedia,
baik dalam bentuk kebijakan maupun koalisi untuk penyusunan
skenario ekonomi dunia yang adil agar eksploitasi tidak kembali
terjadi.
Dampak positif yang
ditimbulkan akibat adanya perdagangan bebas di Indonesia
terhadap bidang ekonomi politik, seperti memperluas pasar dan
menambah keuntungan serta adanyatransfer teknologi, ternyata tidak
dirasakan secara signifikan oleh segala kalangan. Justru yangd
irasakan adalah
Pertama peran negara
sebagai alat untuk mensejahterakan rakyat semakintereduksi oleh
kekuatan pasar yang tidak mempunyai agenda sosial dan usaha
pengentasankemiskinan.
Kedua, Adanya
hambatan nontarif yang menyebabkan tingginya tingkat pengangguran,
kemiskinan, ketidakseimbangan, dan lumpuhnya perekonomian nasional.
Beberapa upaya yang telah
maupun belum terealisasi ditempuh oleh pemerintah Indonesiadalam
mengatasi dampak-dampak dari perdagangan bebas di bidang ekonomi
politik, antara lainyang paling mendasar dan pokok ialah dengan
memperbaiki kebijakan ekonomi politik Indonesiaterkait dengan
perdagangan bebas, menanamkan pendidikan cinta produk dalam negeri
sejak dini, serta meningkatkan kualitas produk-produk di dalam
negeri.
Saran
Saran dari penulis yang
mungkin dapat memberikan sedikit masukan ialah:
Pemerintah perlu
memperhitungkan kembali sistem ekonomi Indonesia yang BebasAktif,
serta harus bisa bertindak tegas dan berpedoman pada falsafah Bangsa
Indonesia yaituPancasila dalam setiap mengambil kebijakan.
Kemudian upaya antisipasi
yang belum terealisasi tersebut hendaknya segeradilaksanakan apabila
dirasa dapat menstabikan ekonomi politik Indonesia.
Serta sebaiknya pengalaman
dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia yang telahlalu dijadikan
guru yang terbaik.
YANG LAINNYA
Dampak
Positif
yang
ditimbulkan diantaranya adalah era globalisasi ini membuka kesempatan
kerja sama yang luas antar negara dan juga dapat meningkatkan standar
hidup melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar.
Dampak Positif yang bisa ditimbulkan dengan adanya
perdagangan bebas diantaranya adalah membuka kesempatan kerja yang luas antar
negara dan juga dapat meningkatkan standar hidup melalui teori keuntungan
komparatif dan ekonomi skala besar.
Dampak Negative perdagangan bebas ini juga
dianggap merugikan negara maju karena pekerjaan dari negara maju akan berpindah
ke negara yang lain selain itu juga perdagangan bebas dapat menimbulkan
perlombaan-perlombaan yang menyebabkan standar hidup dan keamanan yang lebih rendah
juga tidak bisa dipungkiri bahwa akan timbulnya persaingan yg rumit dan ketat
akibat dari perdagangan bebas ini
Dampak
Negative di
sisi perdagangan bebas juga dianggap merugikan negara maju karena ia
menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke negara lain dan
juga menimbulkan perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan standar
hidup dan keamanan yang lebih rendah juga akan menimbulkan persaingan
yang semakin tajam dan ketat. Oleh sebab itu perdagangan bebas
dianggap mendorong negara - negara untuk bergantung satu sama lain,
yang berarti memperkecil kemungkinan terjadinya perang antar negara,
hal lain yang yang timbul yaitu adanya tantangan di masa mendatang,
meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor
industri dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi dan manajemen.
Oleh karena itu, penerapan otamatisasi industri, sebagai integrasi
antara sistem mekanik, elektronik, komputer dan teknologi industri,
untuk memperkecil biaya dan meningkatkan produksi, menjadi sebuah
keniscayaan.
Selain dari
dampak-dampak diatas, ada juga dampak-dampak yang timbul akibat perdagangan
internasional yang saya paparkan sebagai berikut.
Dampak positif dari perdagangan internasional antara lain,
yaitu :
·
Meningkatkan
kegiatan produksi dalam Negara.
·
Mendorong
pertumbuhan ekonomi negara.
·
Menambahkan
devisa Negara..
·
Mendorong
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
·
Kebutuhan
dalam negara dapat terpenuhi.
·
Memperluas
lapangan kerja.
·
Mempererat
hubungan persaudaraan dan kerjasama antar negara.
Dampak negatif dari perdagangan internasional antara lain,
yaitu :
·
Industri
dalam negeri mengalami kerugian yang sangat besar.
·
Munculnya
ketergantungan terhadap negara-negara maju.
·
Persaingan
yang tidak sehat, karena pengaruh perdagangan bebas.
·
Pertumbuhan
perekonomian negara akan semakin rendah dan bertambahnya pengangguran dalam
negeri.
SUMBER :
- http://akademimerdeka.org/2011/09/06/manfaat-perdagangan-bebas-belajar-dari-sejarah/
- http://www.academia.edu/3753474/Dampak_Perdagangan_Bebas
- http://febrianilisa-lisablogs.blogspot.com/2012/03/dampak-postif-negatif-perdagangan-bebas.html
- http://karina-mile.blogspot.com/2012/09/menganalisis-dampak-pasar-bebas-bagi.html