Wednesday, February 26, 2014

Situasi Mekah Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad SAW


Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Situasi Mekah Menjelang Kelahiran Nabi Muhammad SAW

 
Nabi Muhammad SAW lahir situasi masyarakat Mekah dan sekitarnya pada saat itu sedang mengalami zaman kegelapan. Masyarakat Mekah kehilangan kendali, tidak ada panutan yang dapat meuntun kearah kebaikan, adanya hanyalah kehidupan jahiliya. Perilaku masyarakat senantiasa bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan. Tidak ada yang menyembah Allah. Masa itu lebih dikenal dengan zaman jahiliyah, yakni zaman kebodohan atau kegelapan terhadap kebenaran. Tatanan sosial dan akhlak tidak berjalan semestinya, yang ada hanyalah kehidupan rimba, yang kuat senantiasa menindas yang lemah, kaum wanita menjadi sasaran tindak kejahatan, dan masih banyak lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada masa itu.
Dalam situasi masyarakat semacam itulah Nabi Muhammad dilahirkan dan pada saatnya akan menjadi pemimpin umat yang mampu membawa peradaban manusia ke arah kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.
Nabi Muhammad SAW adalah keturunan bangsawan Quraisy, ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusai bin Kilab Murrah dari golongan Arab Bani Ismail. Ibunya bernama Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Kilab bin Murrah. Dilihat dari silsilah keturunan, antara ayah dan ibu Nabi Muhammad SAW keduanya berasal dari keturunan bangsawan dari kabilah Arab.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keadaan yatim, ayahnya yang bernama Abdullah meninggal di kala Nabi Muhammad SAW dalam kandungan ± 7 bulan. Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul awal tahun gajah atau tanggal 20 April 571 M.
Disebut tahun gajah karena pada saat kelahiran Nabi Muhammad bersamaan dengan peristiwa pemberontakan yang dipimpin oleh Abrahah dengan segenap pasukannya dengan tujuan untuk menghancurkan Kakbah. Pada saat itu Abrahah mengendarai gajah. Sehingga tahun tersebut lebih dikenal dengan tahun gajah. Namun Allah menghadangnya dengan mengirim pasukan burung ababil nntuk menghancurkan pasukan Abrahah sehingga penyerangan Ka'bah mengalami kegagalan, kondisi Ka'bah tidak mengalami kerusakan, (cerita selengkapnya baca kutipan Surah Al-Fiil).




Anda tentu pernah mendengar bahwa tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dikenal juga dengan “Tahun Gajah”. Sebuah Istilah yang terkait dengan aksi penyerangan terhadap Makkah oleh Abrahah, penguasa Ethiopia di daerah Yaman. Kisah ini dimulai dengan ambisi Abrahah untuk membangun sebuah Gereja Besar di kota Shan’a. Sebuah bangunan yang tak tertandingi kemegahannya pada saat itu. Abrahah sendiri memberi nama Gereja itu “Qullais”. Pendirian bangunan ini ternyata bertujuan untuk mengalihkan perhatian orang-orang arab dari Ka’bah yang sudah mereka muliakan selama berabad-abad. Dari surat yang dikirimkan Abrahah kepada Raja Ethiopia (Habasyah) diketahui bahwa Abrahah berharap Qullais bisa mengalahkan pengaruh Ka’bah pada jaman itu. Ketika mendengar hal itu, seorang diantara kabilah Bani Fuqaim bin ‘Adiy bin ‘Amir bin Tsa’labah bin Al-Harits bin Malik bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar tidak dapat menahan amarahnya. Secara diam-diam orang tersebut masuk ke dalam Qullais lalu buang air besar didalamnya dan mengotori bagian penting bangunan itu dengan tinja. Ketika Abrahah mendengar peristiwa itu dia marah besar dan bersumpah akan menghancurkan ka’bah. Ia menyiapkan sebuah pasukan besar diperkuat oleh beberapa puluh ekor gajah lalu berangkat sendiri memimpin pasukannya menuju Makkah. Dalam Perjalanan menuju Makkah, Abrahah mendapatkan perlawanan dari Pasukan Dzu Nafar dan pasukan lain dibawah pimpinan Nufail bin Hudaib namun semuanya dapat dipatahkan dan keduanya berhasil ditawan oleh Abrahah dan dijadikan penunjuk jalan menuju ke Makkah. Sesampainya di daerah Al- Mughammis, Abrahah mengutus Al- Aswad bin Maqshud berangkat ke Makkah. Dalam melaksanakan tugas ini mereka merampas kekayaan penduduk Tihamah (orang-orang Qurays dan lain-lain), termasuk 200 ekor Unta milik Abdul Mutthalib bin Hasyim (Kakek Nabi Muhammad SAW) yang ketika itu berkedudukan sebagai tokoh pimpinan Qurays. Kabilah-kabilah di sekitar Makkah bangkit hendak melakukan perlawanan, namun setelah menyadari kekuatan mereka tak seimbang akhirnya mereka mengurungkan niatnya. Sesampainya di Makkah, Abrahah mengutus Hunathah al Hymyariy untuk memberitahu pesan Abrahah : Bahwa Abrahah tidak datang bermaksud memerangi penduduk Mekkah, Melainkan hendak menghancurkan Ka’bah. Apabila mereka tidak melawan maka Abrahah tidak akan menumpahkan darah mereka. Kalau pemimpin Mekkah benar-benar tidak akan memerangi Abrahah, sebaiknya datang menghadap. Setelah mengetahui bahwa pemimpin Mekkah adalah Abdul Mutthalib, Hunathah segera menemuinya dan menyampaikan pesan itu. Abdul Muthallib menjawab: “ Kami tidak berniat memerangi Abrahah karena kami tidak punya kekuatan untuk itu. Rumah Suci itu (Ka’bah) adalah milik Allah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim alaihissalam. Jika Allah hendak mencegah penghancuran yang hendak dilakukan oleh Abrahah itu adalah urusan Pemilik rumah suci itu, tetapi jika Allah hendak membiarkan Rumah sucinya itu dihancurkan orang maka kami tidak sanggup mempertahankannya”. Mendengar jawaban seperti itu, Hunathah kemudian mengajak Abdul Mutthalib menemui Abrahah. Abdul Mutthalib disambut ramah oleh Abrahah. Melalui penterjemahnya Abrahah bertanya mengenai keperluan Abdul mutholib. Abdul mutthalib mengatakan bahwa ia datang hendak menuntut pengembalian 200 ekor untanya yang dirampas pasukan Abrahah. Abrahah heran dan kembali bertanya:” sebenarnya aku kagum melihat anda, tetapi kekagumanku itu hilang samasekali setelah tuan berbicara mengenai unta. Apakah patut orang seperti tuan lebih mengutamakan pembicaraan mengenai pengembalian unta yang telah kurampas daripada berbicara mengenai Ka’bah yang menjadi Syiar agama tuan dan agama nenek moyang tuan. Aku datang untuk menghancurkannya tetapi tuan tidak berbicara mengenai itu”. Abdul Mutthalib menjawab:” Akulah yang mempunyai untaunta itu, sedangkan Ka’bah mempunyai Pemiliknya sendiri yang akan mencegah dan mempertahankannya”. Abrahah menantang:” Tidak ada sesuatu yang dapat mencegah kemauanku”. Abdul Mutthalib menjawab:” Silakan tuan lakukan…” Setelah mendapatkan kembali unta-untanya, Abdul Mutthalib kembali ke Makkah dan meminta semua penduduk Makkah untuk pergi berlindung ke pegunungan guna menghindari aksi kekejaman Pasukan Abrahah. Sebelum keluar meninggalkan Mekkah, Abdul Mutthalib menghampiri Ka’bah dan sambil berpegang pada gelangan besi pintunya ia berdo’a bersama beberapa orang Qurays lainya, mohon kepada Allah supaya melindungi keselamatan Ka’bah. Setelah itu mereka pergi mengungsi ke pegunungan menunggu apa yang hendak dilakukan Abrahah pada saat memasuki kota tersebut. Keesokan harinya, Abrahah sudah siap siaga bersama pasukannya. Abrahah menunggang gajah kesayangannya yang diberi nama “Mahmud”. Ketika semuanya sudah siap, Nufail bin Hudaib membisikkan pada telinga Mahmud :” Hai Mahmud, bersimpuhlah. Atau pulang kembali ke tempat asalmu (Yaman). Ketahuilah bahwa engkau sekarang berada di tanah suci”. Sesaat setelah Nufail pergi, Mahmud bersimpuh dan tidak mau berdiri jika dihadapkan ke arah Ka’bah. Begitu juga gajah-gajah yang lain. Meski mereka dipukul tetap tidak mau berdiri kecuali jika dihadapkan ke arah Yaman mereka langsung bangkit dan berlari. Dalam keadaan yang membingungkan itu Allah mengirimkan ribuan burung kecil yang membawa tiga buah batu sebesar biji gandum, satu buah di paruhnya dan dua buah di kedua kakinya. Ternyata batu itu berhasil membinasakan bagi siapa saja yang tertimpa bati itu. Mereka yang selamat lari tunggang langgang mencari jalan untuk pulang ke Yaman, sementara Abrahah termasuk yang terkena batu tersebut dan meninggal dengan mengenaskan. Jari-jari tangan dan kakinya rontok dan mengeluarkan darah dan nanah dari kepalanya. Abrahah dibawa pulang oleh pasukannya yang tersisa. Berdasarkan riwayat yang berasal dari Ya’kub bin Utbah, Ibnu Ishaq mengatakan, pada tahun itu pertama kali di negeri arab terjadi wabah penyakit Morbili dan cacar basah. Setelah Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul, peristiwa ini diabadikan kembali oleh Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-Fiil. Saat penyerangan inilah Aminah binti Abdul Wahab melahirkan Muhammad SAW ketika akan mengungsi. Beberapa
Peristiwa lain menjelang kelahiran Muhammad SAW
Pada malam kelahiran Muhammad SAW tampak berbagai tanda-tanda luar biasa. Diantara kejadian itu adalah:
- Bumi digoncang gempa hingga berhala yang terpancang diatas Ka’bah runtuh bergelimpangan.
- Beberapa buah Gereja dan Biara runtuh
- Istana Kisra di Persia retak dan roboh
- Disusul oleh padamnya api sesembahan kaum majusi di Persia. Dengan padamnya api sesembahan mereka yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini mereka cemas dan sedih, semuanya menduga bahwa semua tanda yang mereka saksikan itu pasti menunjukkan peristiwa besar di dunia.
(Sumber: Al Hamid al Husaini, 1992, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW, Yayasan al Hamidiy, Jakarta)

No comments:

Post a Comment